Nirmana sebagai Design Basics

Makna dari Nirmana itu ibarat sebuah mitos yang dipelihara orang-orang desain, entah darimana asal-usulnya sehingga diterima secara luas pemahaman Nirmana sebagai nir-makna yang artinya tidak mempunyai makna. Untuk apa belajar sesuatu yang tidak mempunyai makna? Begitu kira-kira hal yang selalu diungkapkan, yang anehnya jawaban atas pertanyaan pancingan itu adalah soal keahlian mencapai estetika atau latihan estetisasi, yang jelas menjadi kontradiktif karena menjadikan latihan dan pelajaran Nir-Makna menjadi sesuatu yang bermakna.Iseng-iseng karena mendapat tugasan sebagai Dosen mengajar mata kuliah ini, yang sebenarnya Nirmana itu tidak lain dan tidak bukan adalah pelajaran Basics Design dalam pengenalan desain dan material atau menurut Johannes Itten sebagai Design & Form (Rekaan dan Forma).Ini beberapa percaan teks yang saya coba kumpulkan mengenai makna dari "MANA".
Arti kata "MANA" bagi penduduk di kepulauan Samudra Pasifik adalah:
  • Suatu konsep kekuatan impersonal atau kualitas yang berada pada tiap-tiap mahkluk.
  • Sebagai sebuah konsep umum, "MANA" sering dipahami sebagai pendahulu religi (agama).
  • Konsep energi kehidupan (life-force) yang melekat dalam semua makhluk hidup adalah pola dasar yang umum, yang muncul dalam agama-agama kuno dan sistem metafisik.
  • Seperti dalam budaya Polinesia, MANA adalah kualitas spiritual yang supranatural – sebuah kekuatan pribadi suci di alam semesta.
Fleising (2001) mendasarkan diskusinya terhadap MANA, seperti yang dipahami di Bali (Indonesia) dan dijelaskan oleh Geertz (1980):
  • Dalam bahasa Sansekerta "MANA" mengacu pada kecenderungan yang melekat atau keinginan yang menggerakkan.
  • Nirmana bermakna ’emanasi’ (emanation).
  • A sacred impersonal force existing in the universe: sebagai substansi yand darinya ‘ruh jiwa’ dipancarkan (emitting)
Dalam nama-nama Jepang, MANA bermakna ‘Divine Power’, ‘Cinta’, yang berkenaan dengan momen dari ‘Kebenaran’ (Truth).

Singkatnya MANA dalam banyak kebudayaan bermakna ‘yang memberikan kekuatan hidup’.

Pada agama-agama Ibrahim, MANA dikenali sebagai ‘manna’, atau makanan (edible) dari surga (janna).

Jadi, kesimpulan yang bukan bermaksud menyimpulkan dari pencarian ini, saya berpikir bahwa telah terjadi distorsi pengartian NIRMANA sebagai sesuatu yang tidak bermakna, walhal kita selalu melakukannya dengan penuh makna.

Nirmana sebagai Design Basics sesungguhnya adalah yang mengawali, mendahului adanya pemaknaan-pemaknaan yang tidak serta merta membuatnya menjadi tidak bermakna, karena ia ada sebelum makna-makna diciptakan. Tanpa Nirmana, tidak akan ada makna dan pemaknaan. Simply because "Nirmana" is Emanation.Mungkin saya salah dalam hal ini, tetapi untuk sementara ini, hal inilah yang saya pegangi sebagai kebenaran sementara untuk memulai gerak yang kemudian. =)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

UNCREATIVE DRAWING: Questioning the Decline of Instructional Teaching Methods