kebanyakan dari aktifis komik di negeri kita adalah pekerja atau tukang ngomik. Sedikit sekali bilangannya yg mau berkecimpung sebagai pelaku 'critical examination'. Sejauh ini yg boleh saya sebutkan (karena pemunculan tulisan mereka di beberapa media - mungkin ada lagi yg di berbagai media alternatif yg luput dari bacaan saya), adalah spt:Seno Gumira, Donny Aggoro, Wahyudin,Hikmat.Tulisan2 mereka lebih kepada kajian kritis, sedangkan Suryo, Rieza, dan banyak jurnalis kompas atau media lainnya lebih bersifat 'reviewer' dan 'reportasi',kadang2 Hikmat juga sering membuat review.
Ketika membicarakan kitsch atau grass-root, otomatis jarang yg bersedia membolak balik buku di luar komik utk meneruskan diskusi dan menggali komik diluar area 'komik' itu sendiri. Saya pribadi menolak kalau komik dinilai dari kebagusan visualnya semata dan pada saat yg sama juga menolak dinilai dari segi sastranya. Komik menempatkan dirinya sebagai sebuah medium yg terus berproses, menilai dan mendefinisikan komik hanya dari salah satu rejim tsb itu (seni rupa dan sastra) adalah membuat stagnan perkembangan komik itu sendiri.
Karya2 sejenis Julie doucet dan juga komik jurnal spt Tita sendiri bagi saya adalah kitsch, senada dgn pandangan jeff Adam ttg komik Maus:
A similar form and a similar arrangment of visual elements are to be found in Maus, which manages to force its political agenda into the foreground, to maintain its 'kitsch' visual devices without compromising the pertinence of its narrative statement.
V for Vendetta, From Hell, The Illusionist dan Perfume terletak pada strata yg sama. Mengali situasi menjadi fantasi.
Barefoot Gen, Maus, Fax from Sarjevo, Palestine berada di jalur yg sama,tp berbeda dengan komik2 dan film 2 yg disebutkan diatas, dan sebenarnya berbeda pula dgn The Plot Eisner yg lebih merupakan Pledoi seorang Yahudi berkaitan dgn Protocol or the Elder-Zionist itu. Eisner melalui The Plot menuntu hak legitimasi sebagai naskah atau artefak budaya yang sah atau valid sebagai rujukan sebagaimana buku2 teks yg melaluinya lebih dinilai dapat dipercayai atau ditelusuri kembali 'kebenaran-nya.
Ketika membicarakan kitsch atau grass-root, otomatis jarang yg bersedia membolak balik buku di luar komik utk meneruskan diskusi dan menggali komik diluar area 'komik' itu sendiri. Saya pribadi menolak kalau komik dinilai dari kebagusan visualnya semata dan pada saat yg sama juga menolak dinilai dari segi sastranya. Komik menempatkan dirinya sebagai sebuah medium yg terus berproses, menilai dan mendefinisikan komik hanya dari salah satu rejim tsb itu (seni rupa dan sastra) adalah membuat stagnan perkembangan komik itu sendiri.
Karya2 sejenis Julie doucet dan juga komik jurnal spt Tita sendiri bagi saya adalah kitsch, senada dgn pandangan jeff Adam ttg komik Maus:
A similar form and a similar arrangment of visual elements are to be found in Maus, which manages to force its political agenda into the foreground, to maintain its 'kitsch' visual devices without compromising the pertinence of its narrative statement.
V for Vendetta, From Hell, The Illusionist dan Perfume terletak pada strata yg sama. Mengali situasi menjadi fantasi.
Barefoot Gen, Maus, Fax from Sarjevo, Palestine berada di jalur yg sama,tp berbeda dengan komik2 dan film 2 yg disebutkan diatas, dan sebenarnya berbeda pula dgn The Plot Eisner yg lebih merupakan Pledoi seorang Yahudi berkaitan dgn Protocol or the Elder-Zionist itu. Eisner melalui The Plot menuntu hak legitimasi sebagai naskah atau artefak budaya yang sah atau valid sebagai rujukan sebagaimana buku2 teks yg melaluinya lebih dinilai dapat dipercayai atau ditelusuri kembali 'kebenaran-nya.
Komentar